Skip to main content
Jadi Korban Isu SARA, Ahok Pilih Nama Ini Buat Anak Keduanya, Suami Puput Nastiti Pamer Foto Bahagia

Jadi Korban Isu SARA, Ahok Pilih Nama Ini Buat Anak Keduanya, Suami Puput Nastiti Pamer Foto Bahagia


 Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sengaja memilih nama ini buat anak keduanya yang baru saja lahir. Nama ini mencerminkan kehidupan suami Puput Nastiti Devi yang pernah menjadi korban isu SARA. Ahok memamerkan foto bahagia. 

Ahok menyampaikan kelahiran anak keduanya melalui beberapa foto yang dikirimkan kepada awak media. Anak kedua Ahok dari pernikahannya dengan Puput Nastiti Devi itu lahir pada Kamis (26/8/2021). Jenis kelaminnya, perempuan. 

Kabar bahagia itu tentu membuat Ahok semringah. Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) ini sebelumnya berhasil membawa perusahaan energi pelat merah ini membukukan untung yang signifikan untuk operasional tahun lalu. 

Dalam foto bahagia yang dibagikan kepada awak media, Ahok tampak menebar senyum sembari memeluk putri keduanya.  

Ahok juga mengirimkan foto dirinya menggendong putrinya yang tampak dibalut kain warna pink. Dia menyebut, putrinya dan ibunya dalam keadaan sehat. "Namanya Sarah Eliana Purnama," ujar Ahok, Kamis (26/8/2021).

Ahok mengisahkan, dia begitu bahagia dengan kelahiran Sarah Eliana Purnama. Putri kecilnya itu lahir di RS Bunda, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis pagi pukul 08.25 WIB. Beratnya 3,75 kg dan panjang 51 cm.

"Puji Tuhan," kata Ahok saat dihubungi, Kamis (26/8/2021). Dia menyebut, Sarah dan ibunya dalam kondisi sehat.

Ahok dan Puput resmi menikah pada 25 Januari 2019. Mereka kemudian dikaruniai anak pertama, Yosafat Abimanyu Purnama, pada 6 Januari 2020.

Kabar kehamilan kedua Puput beredar sejak Juni 2021. Kala itu, Puput mengunggah foto keluarga kecilnya saat merayakan ulang tahun Ahok ke-55.

Dalam keterangan foto tersebut, ia sama sekali tidak menyinggung mengenai kehamilan. Puput hanya menyampaikan ucapan syukur serta doa dan harapan untuk suaminya, seperti kesehatan dan panjang umur.


"Selasa, 29 Juni 2021. Selamat Ulang Tahun untuk yang terkasih, kiraNya Tuhan Yesus yang Maha Baik, selalu memberkati hidupmu dengan sehat, panjang umur, sukses dalam karir dan rezekinya, bahagia selalu! God Bless You & We Love You Always," tulis Puput.

Namun, dalam foto itu dan beberapa foto lainnya, Puput terlihat seperti sedang mengandung.

Beberapa netizen mengomentari hal itu dan ingin mengonfirmasi kehamilan tersebut. Tetapi, Puput tidak menjawab pertanyaan tersebut.

Kehadiran Sarah ke dunia menambah lengkap rumah tangga Ahok dan Puput. Sebelumnya pasangan ini pada 6 Januari 2020 lalu sudah dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Yosafat Abimanyu Purnama.

Komisaris Utama PT Pertamina ini menceritakan, nama yang diberikan ke putrinya Sarah Eliana Purnama punya makna mendalam.


"Suku Agama Ras Antargolongan Hidup (SARAH) berpengetahuan maju (arti Eliana) Purnama ( full moon, terang dan sempurna penuh). Jangan lagi berpengetahuan mundur," ungkapnya.

"Nama semua anak saya buat mengenang masa kehidupan saya dan harapan saya atas bangsa dan negara," sambung mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Febriana Firdaus, seorang jurnalis lepas pernah membuat catatan khusus tentang perjalanan Ahok yang sempat dibui karena dianggap bersalah sebagai penista agama. Tulisan lengkap Febriana dapat dibaca di sini. 

Namun, sekelumit catatan Febriana bisa menggambarkan kehidupan Ahok yang pernah menjadi korban isu SARA hingga memberi nama anak keduanya sesuai dengan arti ini. 


Bukan bermaksud membuka luka lama pendukung Ahok yang kecewa dengan manuver kelompok tertentu mendeskreditkan kandidat mereka dengan isu SARA dan akhirnya mengantarkan idola mereka mendekam di penjara.

Tapi kasus Ahok ini menjadi pelajaran penting bukan saja bagi Indonesia, tapi dunia. Saya menyebutnya sebagai persekusi politik.

Persekusi politik dulu pernah menimpa kelompok kiri ketika Soeharto hendak meneguhkan kekuasaanya di Indonesia. Sejarah yang selalu disembunyikan oleh negara kita sendiri hingga hari ini.

Padahal jika mencari kelemahan Ahok untuk kampanye (tak perlu kampanye hitam), kelompok oposisi sangat mudah menemukannya. Misal soal penataan kota yang dinilai tidak partisipatif.

Toh kelompok oposisi juga sudah membina warga anti penggusuran (Dari penyelidikan Febriana, kelompok FPI merangkul warga korban penggusuran). Tapi kampanye partai oposisi menjadi sangat dangkal, berkelibat di urusan SARA.


Karena itu, tak heran jika sosok Ahok kemudian menarik perhatian media asing, salah satunya adalah Majalah Foreign Policy yang baru saja menobatkan ia sebagai pemikir global 2017.

Dalam tulisan Benjamin Soloway itu, Ahok digambarkan sebagai sosok yang punya program pasti untuk menata kota, meski tak semua rencana tata kotanya diamini warga yang tinggal di bantaran kali.

Tapi Ahok pribadi juga digambarkan sebagai seorang Tionghoa dan Kristen yang menempuh karir berbeda dari lingkungannya (Orang Tionghoa jarang aktif di politik tapi dunia bisnis) dan memilih berterus terang tentang latar belakangnya ini.

Keterusterangannya itu mungkin yang membuat Foreign Policy tertarik untuk mengulasnya dan menobatkannya sebagai salah satu pemikir global.

Dan ia juga menentang kelompok fundamentalis yang mencoba menjatuhkannya dengan menggunakan keminoritasannya itu.